Posts

Showing posts from December, 2015

ME-AGAMA DI HARI NATAL:

Cerita Orang Basudara Dalam Praksis Natal Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. AGAMA: SEMANTIK PEMBEDA(?) Apakah agama adalah pembeda? Dalam Sosiologi, agama adalahbentuk dan hasil ekspresi kebudayaan yang dibentuk ( to be created ) seturut kesadaran manusia. Manusia sebagai pencipta agama mengisi ke dalam ‘bakul’ agama itu segala seautu yang berkembang menjadi ‘the cult, creed and community’ dari apa yang dinamakan agama. Proses berbudaya membuat manusia terus mengkonstruksi agama menjadi beragam dan pembelajaran terhadapnya menjadikan agama itu masuk ke wilayah sakral. Sampai pada proses itu, agama sudah dibawake ranah yang lebih abstrak, dan diperangkapkan sebagai hanya melulu pengajaran mengenai Tuhan. Lalu muncullah beberapa item kecil dari agama, antara lain dogma. Dengan sendirinya agama menjadi semakin legalistik. Sejauh agama itu beroperasi dalam relasi kemanusiaan dan menjadi setumpuk ekspresi berbudaya manusia, maka agama menjadi tali pengikat individu atau

MERAYAKAN TRADISI

Refleksi dari Syukuran Pemugaran Gedung Gereja Bethel Jemaat GPM Allang Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Hari ini (Ahad, 20 Desember 2015), berlangsung ibadah syukur renovasi Gedung Gereja Bethel, Jemaat GPM Allang, Klasis Pulau Ambon Utara, yang direnovasi sejak tahun 2013. Allang (Hina Alane) sebagai salah satu negeri tua di Jazirah Leihitu, Pulau Ambon menempati ruang kosmologis dalam totalitas budaya masyarakat tanah Ambon, Nusa Aponno. Beberapa cara pandang yang menopang itu ialah kebiasaan semua orang Ambon yang mau berlayar meninggalkan Ambon selalu menyebut “su langgar tanjong Allang” (Sudah berlayar meninggalkan Ambon melewati tanjung Allang). Demikian pun jika ke Ambon, ungkapan “su mau maso tanjong Allang” menjadi frasa yang menunjuk pada adanya ikatan kosmologis tadi. Tanjong Allang, adalah salah satu sisi pintu depan pulau Ambon, dan Tanjung Nusaniwe adalah sisi pintu lainnya. Keduanya diibaratkan “pintu kabaya” untuk masuk ke Pulau Ambon melalui Teluk Ambon (Allang d

‘YANG MULIA’:

DISCOURSE DAN PERGESERAN STRUKTUR PERILAKU Oleh. Elifas Tomix Maspaitella TENTANG TITIK KEGELISAHAN Sebenarnya saya tidak mau terlalu sibuk membuka teori-teori untuk membedah realitas sidang MKD (Majelis Kehormatan Dewan) terhadap kasus ‘papa minta saham’. Beberapa teori patut ditelisik untuk menempatkan kasus ‘papa minta saham’ ( freeportgate ) dengan memberi posisi terhadap Setya Novanto ~Ketua DPR RI, sebagai individu dan representasi struktur politik (baca. DPR, pimpinan DPR). Dalam tulisan ini, ia tidak bisa dikenakan label ‘wakil rakyat’. Di kutub kedua, anggota MKD, adalah juga representasi lembaga politik (baca. DPR, Partai Politik) yang melakukan bias etika pada tataran deskriptif maupun deontologi. Ternyata tidak hanya mereka, pihak lain, termasuk beberapa anggota parlemen yang terkesan menjadi ‘broker’ dalam freeportgate, menunjukkan geseran etik pada dua tataran tadi. Menteri ESDM Kabinet Kerja, Sudirman Said, merupakan representasi parlemen, dan Presi